Museum British adalah tempat fasilitas bagi warga umum penyuka permainan DOMINOQQ ONLINE dan juga menggemari banyak sekali daftar dominoq online serta situs domino qq online terpercaya yang mendedikasikan keberadaannya untuk mengarsip sejarah umat manusia, kesenian, serta kebudayaan. Ada banyak sekali koleksi sarat makna mencapai 8 juta buah, menjadikannya sebagai salah satu museum raksasa paling lengkap di muka bumi.
Lokasi museum British terletak di Bloomsbury, Kota London, Inggris. Peninggalan penting sepanjang evolusi kerajaan Inggris dari masa ke masa dapat kita temukan di sini. Museum ini juga menjadi pelopor gedung aset negara yang membolehkan pengunjung umum atau turis sekalipun untuk mengunjunginya.
Pertama kali beroperasi pada 1753, museum Slot Gacor British awalnya merupakan tempat penyimpanan koleksi pribadi oleh seorang dokter merangkap ilmuwan. Orang itu berkebangsaan Irlandia bernama Sir Hans Sloane. Sebelum berubah penyebutan daerah seperti sekarang, kala itu khalayak ramai memanggilnya dengan sebutan rumah Montagu.
Di dalam sana lah sebetulnya museum British dibangun. Setelah 6 tahun berselang, pada 1759 museum tersebut mengizinkan masyarakat umum supaya bisa mengakses ke dalamnya. Inggris saat itu sedang rajin mengembangkan wilayah koloninya, sehingga otomatis jumlah koleksi museum British ikut bervariasi dan menjadi sangat banyak.
Agar lebih mudah melakukan pendataan, maka pemerintah Inggris melakukan pemekaran fungsi sehingga melahirkan gedung baru seperti misalnya museum Sejarah Alam pada 1881. Hak Kepemilikan sebagian barang prasejarah sering berebut antara negara asalnya dengan pihak Inggris. Beberapa kasus yang terkenal, misalnya seperti kelereng Elgin, Yunani serta batu Rosetta, Mesir.
Museum British Dan Sumbangsihnya Terhadap Sejarah Umat Manusia
Ketika memasuki 1973, pemerintah Inggris mengeluarkan kebijakan untuk memisahkan divisi perpustakaan yang sebelumnya merupakan bagian dari museum. Menariknya, lokasi perpustakaan beserta semua koleksi bukunya masih berada di tempat semula dalam suatu bagian Museum British. Setelah menumpang selama puluhan tahun, pada 1997 barulah pemerintah mencarikan lokasi baru selain area Museum untuk perpustakaan.
Museum ini bersifat publik namun diawasi pengoperasiannya oleh Departemen Digital Budaya, Media dan Olahraga. Kerajaan Inggris cukup bermurah hati, soalnya semua museum nasional termasuk museum British tidak ada tiket masuk alias gratis. Sebagai gantinya, bagi para pekerja seni yang ingin melakukan pagelaran atau pameran akan dikenakan tarif sewa aula.
Walaupun pada masa sekarang museum British fokus menyimpan koleksi seputar seni budaya serta benda klasik, dulunya ia menerima segala peninggalan. Semua peraturan merupakan kehendak langsung dari pemiliknya, yaitu Sir Hans Sloane sendiri.
Ia konsisten berburu banyak ragam koleksi untuk menjadi sumber ilmu pengetahuan baginya seumur hidup. Koleksi Solane semakin bertambah banyak tatkala ia resmi menikah dengan wanita kaya raya berstatus janda yang memiliki perkebunan di Jamaika. Saking besar cinta terhadap koleksinya, ia menjual aset tersebut kepada pemimpin Inggris saat itu, King George II, senilai 20 ribu poundsterling.
Dengan demikian, ia bisa bernapas lega karena urusan pemeliharaan barang koleksinya kini menjadi tanggung jawab negara. Waktu itu, jumlah koleksi Sloane kira-kira mencapai lebih dari 70 ribu benda. Asal muasal koleksinya campur aduk mulai dari Sudan, Mesir, Roma, Yunani, Timur Tengah, sampai ke benua Amerika.
Kewalahan Merawat Serta Mempertahankan Koleksinya
Pada masa sekarang, museum British sudah melepaskan koleksinya bertema sejarah alam kepada gedung dan manajemen baru tersendiri. Seperti disebutkan di atas, semua buku serta manuskrip nya pun kini diambil alih perawatannya oleh divisi perpustakaan. Semua pemekaran dilakukan akibat jumlah koleksi yang terlalu banyak sehingga sulit untuk dirawat.
Terlepas dari hal tersebut, ia konsisten mempersembahkan dirinya untuk kepentingan sejarah umat manusia di seluruh dunia, kuno maupun modern. Ide Sloane yang awalnya hanya mampu mengumpulkan puluhan ribu data penting semasa hidupnya, kini berkembang menjadi sebuah proyek raksasa. Museum British sendiri menyimpan 13 juta benda antik, 70 juta pada museum sejarah alam, dan 150 juta buku di perpustakaan British.
Dibalik kemegahannya, museum British menuai pertikaian seputar boleh atau tidaknya menjadikan peninggalan bangsa lain sebagai hak milik yayasan pengelola. Kelereng Elgin, batu Rosetta, Tabut Ethiopia, serta perunggu Benin merupakan sekian contoh saling rebut hak kepemilikan. Beberapa kali perwakilan organisasi tertentu mencoba merebut kembali peninggalan negara asal mereka masing-masing.
Bahkan suku elgin secara teratur melucuti koleksi museum ini selama 11 tahun, mulai 1801 hingga 1812 lamanya. Museum tersebut dengan keras berjuang mempertahankan pendapatnya atas segala kontroversi yang masih berlangsung hingga kini. Menurut manajemen, apabila setiap negara mengklaim peninggalan prasejarah miliknya dan wajib dikembalikan, maka semua museum besar di dunia akan kosong melompong.
Komentar Terbaru